Tampilkan postingan dengan label TunaLaras. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TunaLaras. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 November 2012

Prinsip Pembelajaran Matematika Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika Bagi Anak Berkebutuhan Khusus


1.       Tunanetra
       - Prinsip kekonkritan
       - Prinsip pengalaman yang menyatu
       - Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing)
       - Kemandirian
       - Berkesinambungan
2.       Tunarungu
       - Prisnip keterarahan wajah
       - Prinsip keterarahan suara
       - Prinsip keperagaan
3.       Tunagrahita
       - Prinsip keperagaan
       - Prinsip kasih sayang
       - Prinsip rehabilitatif
4.       Tunadaksa
       - Prinsip kasih sayang
       - Prinsip habilitasi dan rehabilitasi
5.       Tunalaras
       - Kebebasan yang terarah
       - Penggunaan waktu luang
       - Kepatuhan
       - Kebutuhan dan keaktifan
       - Setia kawan
       - Minat dan kemampuan
       - Emosi, sosial dan prilaku
       - Disiplin
       - Kasih sayang
         Namun yang terpenting adalah Kepatuhan,
6.       Anak Berbakat
       - Percepatan
       - Pengayaan
7.       Anak Autis
       - Kontak mata
       - Kasih sayang
       - Kepatuhan
       - Minat dan bakat
8.       Anak Lamban Belajar
       - Kontektual
       - Motifasi 

Sumber : Perkuliahan tanggal 19 November 2012 oleh Drs. Subagyo, M.Si.

Sabtu, 12 November 2011

Perkembangan Sosial Anak TunaLaras


Perkembangan sosial anak tunalaras
Lingkungan yang menynangkan mendorong timbulnya perasaan mempercayai sesuatu (trust) begitu juga sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan akan menimbulkan perasaan tidak mempercayai sesuatu (mistrust).  Anak tunalaras mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial tapi ini bukan berarti mereka sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk suatu hubungan sosial dengan keluarga dan masyarakat, namun ketidakmampuan anak tunalaras dalam melalui interaksi sosial yang bai dengan lingkungannya disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak/ kurang menyenangkan.
Anak tunalaras memiliki penghayatan yang keliru terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sosialnya, mereka menganggap dirinya tidak berguna bagi orang lain dan merasa tidak berperasaan, oleh karena itu timbullah suatu kesulitan apabila ingin ingin menjalin hubungan dengan mereka, dan apabila berhasil sekalipun mereka akan sangat tergantung pada seseorang yang pada ahirnya dapat berhasil menjalin hubungan sosial dengan mereka.

Perkembangan Emosi Anak TunaLaras


Perkembangan emosi anak tunalaras
T.Sutjihati Somantri, (2007 : 151) “ Terganggunya perkembangan emosi merupakan penyebab dari kelainan tingkah laku anak tunalaras, ciri yang menonjol pada mereka adalah: kehidupan emosi yang tidak stabil, ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara tepat dan mengendalikan diri yang kurang sehingga mereka sering kali menjadi sangat emosional. Terganggunya kehidupan emosi ini terjadi sebagai akibat ketidakberhasilan anak dalam melewati fase-fase perkembangan.
Menurut Freud (Dalam T.Sutjihati Somntri, 2007 : 151) “Mengemukakan bahwa kehidupan emosi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak harus berlangsung dengan baik agar tidak menjadi masalah setelah dia dewasa. Anak yang tidak mengalami dan memperoleh kasih sayang dan kepuasan pemenuhan kebutuhan akan mengalami kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan terhadap orang lain sehingga dikemudian hari dia akan mengalami masalah dalam hubungan sosial dengan orang lain.”

Perkembangan Kepribadian Anak TunaLaras

Perkembangan kepribadian anak tunalaras berbeda dengan anak pada umumnya.

Anak yang mengalami kelainan perilaku, kehidupan emosi atau perkembangan sosialnya berada dalam rentangan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan mereka pada umumnya tidak mampu mengintegrasikan fungsi-fungsi psikofisiknya untuk memahami diri dari lingkarannya, akibatnya mereka menunjukkan kepribadian yang pasif maupun kepribadian yang agresif. Beberapa ciri yang tampak menonjol pada kepribadian anak tunalaras antara lain :
1.      Kurang percaya diri
2.      Menunjukkan sikap curiga pada orang lain
3.      Selalu dihinggapi perasaan rendah diri atau sebaliknya
4.      Selalu menunjukkan permusuhan terhadap orang lain
5.      Suka melawan otoritas
6.      Suka mengisolasi diri
7.      Kecemasan atau ketakutan yang berlebihan
8.      Tidak memiliki ketenangan jiwa
9.      Beberapa diantaranya hiperaktif
10.  Sering melakukan bentrokan atau berkelahi
(Moerdiani, 1987)
Jadi, anak tunalaras adalah anak yang mempunyai tingkah laku yang berkelainan, tidak memiliki sikap, suka melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan norma sosial, kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, mudah terpengaruh suasana sehingga dapat membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain.

Sumber: http://dieza-eza.blogspot.com/2011/01/anak-tunalaras.html

Klasifikasi Anak TunaLaras

Klasifikasi anak tunalaras secara garis besar menjadi dua, yaitu:
  1. Anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan
  2. Anak yang mengalami gangguan emosi
Tiap jenis anak tersebut dapat dibagi lagi sesuai dengan besar dan ringannya kelainan yang dialaminya.

Sehubungan dengan itu, William M. Cruickshank (1975 : 567) mengemukakan bahwa mereka yang mengalami hambatan sosial dapat diklasifikasikan kedalam kategori sebagai berikut :

1. The Semi-Socialize Child
Anak yang termasuk kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial, tetapi terbatas pada lingungan tertentu, misalnya : keluarga dan kelompoknya. Keadaan ini terjadi pada anak yang datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2. Children Arrested at a Primitive Level or Socialization
Anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya berhenti pada level atau lingkaran yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan ke arah sikap sosial dan terlantar dari pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perhatian dari orang tua yang berakibat dari perilaku anak kelompok ini cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja.

3. Children with Minimum Socialization Capacity
Anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak bersifat apatis dan egois.

Demikian pula anak yang mengalami gangguan emosi dapat diklasifikasikan menurut berat/ ringannya masalah atau gangguan yang dialaminya. Anak ini mengalami kesulitan dalam menyesuaikan tingkah laku dengan lingkungan sosialnya karena ada tekanan-tekanan dari dalam dirinya, adapun anak yang mengalami gangguan emosi diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Neorotic Behaviour (Perilaku Neurotik)

Anak pada kelompok ini masih bisa bergaul dengan orang lain akan tetapi mereka mempunyai permasalahan pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan mudah sekali dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan marah, cemas dan agresif, serta rasa besalah. Disamping juga kadang-kadang mereka melakukan tindakan lain seperti yang dilakukan oleh anak Unsocialized (mencuri, bermusuhan), anak pada kelompok ini dapat dibantu dengan terapi seorang konselor.
Keadaan neurotik ini biasanya disebabkan oleh keadaan atau sikap keluarga yang menolak atau sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu karena kesalahan pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang besar.

2. Children with Psychotic Processes
Anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri. Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf sebagai akibat dari keracunan, misalnya minuman keras dan obat-obatan.

Pengertian TunaLaras

Pengertian TunaLaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
Individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Menurut Hallahan & Kauffman (Dalam Mohammad Efendi, 2006 : 142) “Sebutan anak berkelainan perilaku (Tunalaras) didasarkan pada realitanya bahwa penderita kelainan perilaku mengalami problema intrapersonal dan/ atau interpersonal secara ekstrem.
Menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan No.12 Tahun 1952, anak tunalaras adalah individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/ erkelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam Dokumen Kurikulum SLB Bagian E Tahun 1977, yang disebut Tunalaras adalah :
1. Anak yang mengalami gangguan/ hambatan emosi dari tingkah laku sehingga tidak/ kurang menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat
2. Anak yang mempunyai kebiasaan melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat
3. Anak yang melakukan kejahatan.

Berangkat dari pemikiran di atas, seseorang yang diidentifikasi mengalami gangguan atau kelainan perilaku adalah individu yang :
1. Tidak mampu mendefinisikan secara tepat kesehatan mental dan perilaku yang normal
2. Tidak mampu mengukur emosi dan perilakunya sendiri
3. Mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi sosialisasi
(Hallahan & Kauffman, 1991).

Menurut T.Sutjihati Somantri, (2007 : 139) “ Anak tunalaras sering juga disebut anak tunasosial karena tingkah laku anak ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain.”

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tunalaras dan http://dieza-eza.blogspot.com/2011/01/anak-tunalaras.html