Kamis, 15 September 2011

Orang tua adalah seperti sebuah gunung


Pada suatu hari yang cerah, terang dan indah, langit yang biru memberikan sebuah latar belakang yang sempurna untuk awan-awan putih yang gemuk seperti kapas.
Seorang anak melangkah untuk pertama kalinya di atas tanah berumput di alun-alun kota dengan dipandangi oleh mata orang  tua mereka.
Anak itu berjalan terhuyung-huyung.
Satu, dua, tiga langkah .... ups, dia terjatuh.
Kesini sayang, diamlah dan jangn menagis. Kamu sangat berani, kesinilah, ayo berdiri lagi.
Ayo sayang, melangkah lagi. Satu langkah, dua langkah .... dia terjatuh lagi tapi dia berdiri lagi.
Wajah lugu anak itu mencoba berkonsentrasi, orang tuanya diselimuti kegembiraan. Ini merupakan sebuah gambaran yang harmonis dan merupakan sebuah ilustrasi pendidikan yang terlalu mengagumkan untuk dikatatan.
Setiap anak dapat belajar untuk berjalan dengan sukses diantara semangat dan persetujuan orang tuanya. Ini juga merupakan suatu atmosfere yang santai sehingga dia dapat tumbuh dan berkembang dengan bahagia.
Saat orang tua mengajari anak untuk berjalan, mereka secara naluriah menunjukkan sikap untuk mengizinkan adanya kegagalan karena kepercayaan bahwa anak itu “dapat melakukannya”. Kepercayaan yang kuat ini akan membuat anak semakin percaya diri yang dapat membantu ia bangun sendiri saat ia terjatuh, jadi, dia pasti akan belajar untuk melangkah satu demi satu. Kepercayaan orang tua itu ditunjukkan secara jelas didalam tindakan dan senyuman mereka. Seorang anak akan tumbuh dan berkembang dengan bahagia jika dia diberikan sikap yang positif ini, saat dia menyerap nutrisi emosional ini. Untuk keadaan tertentu, anda bahkan dapat mengatakan bahwa anak ini menikmati kegagalannya. Benar-benar mentalitas membiarkan kegagalan dan tidak takut atas kegagalan inilah yang menuntun anak menuju kesuksesan.
Saat mereka mengajari anak untuk berjalan, orang tua itu seperti sebuah gunung, menawarkan kekuatan dan dukungan yang tak terbatas pada anak.
Kegagalan adalah sebuah pelajaran di dalam hidup yang harus dihadapi oleh setiap anak. Tetapi bagaimana seorang anak belajar unutk menghadapinya adalah sebuah refleksi dari sikap orang tuanya. Lebih rileks lingkungan belajarnya, maka anak itu akan lebih tidak takut pada kegagalan. Namun semakin ketat lingkungan belajarnya, semakin takut anak untuk menghadapi suatu kegagalan.
Anak-anak dapat dikatakan memiliki sebuah “mentallitas kura-kura”. Seekor kura-kura kecil yang ingin tahu, mengeluarkan kepala dari cangkangnya. Jika kura-kura ini merasa aman, maka kura-kura itu akan menjelajahi dunia dengan bebas, tetapi jika kura-kura itu merasa terancam, kura-kura itu akan langsung masuk kedalam cangkangnya. Apabila kura-kura ini merasa bahaya setiap kali mengeluarkan kepala dari cangkangnya, maka secara bertahap ia tidak akan memiliki semangat untuk keluar dari cangkangnya lagi.
Jadi, menurut saya, jangan lah takut pada sebuah kegagalan, karena kegagalan merupakan awal dari sebuah kesuksesan.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya :)