Pada suatu hari yang cerah, terang dan indah, langit yang biru memberikan sebuah latar belakang yang sempurna untuk awan-awan putih yang gemuk seperti kapas.
Seorang
anak melangkah untuk pertama kalinya di atas tanah berumput di alun-alun kota
dengan dipandangi oleh mata orang tua
mereka.
Anak
itu berjalan terhuyung-huyung.
Satu,
dua, tiga langkah .... ups, dia terjatuh.
Kesini
sayang, diamlah dan jangn menagis. Kamu sangat berani, kesinilah, ayo berdiri
lagi.
Ayo
sayang, melangkah lagi. Satu langkah, dua langkah .... dia terjatuh lagi tapi
dia berdiri lagi.
Wajah
lugu anak itu mencoba berkonsentrasi, orang tuanya diselimuti kegembiraan. Ini
merupakan sebuah gambaran yang harmonis dan merupakan sebuah ilustrasi pendidikan
yang terlalu mengagumkan untuk dikatatan.
Setiap
anak dapat belajar untuk berjalan dengan sukses diantara semangat dan
persetujuan orang tuanya. Ini juga merupakan suatu atmosfere yang santai
sehingga dia dapat tumbuh dan berkembang dengan bahagia.
Saat
orang tua mengajari anak untuk berjalan, mereka secara naluriah menunjukkan
sikap untuk mengizinkan adanya kegagalan karena kepercayaan bahwa anak itu
“dapat melakukannya”. Kepercayaan yang kuat ini akan membuat anak semakin
percaya diri yang dapat membantu ia bangun sendiri saat ia terjatuh, jadi, dia
pasti akan belajar untuk melangkah satu demi satu. Kepercayaan orang tua itu
ditunjukkan secara jelas didalam tindakan dan senyuman mereka. Seorang anak
akan tumbuh dan berkembang dengan bahagia jika dia diberikan sikap yang positif
ini, saat dia menyerap nutrisi emosional ini. Untuk keadaan tertentu, anda
bahkan dapat mengatakan bahwa anak ini menikmati kegagalannya. Benar-benar
mentalitas membiarkan kegagalan dan tidak takut atas kegagalan inilah yang menuntun
anak menuju kesuksesan.
Saat
mereka mengajari anak untuk berjalan, orang tua itu seperti sebuah gunung,
menawarkan kekuatan dan dukungan yang tak terbatas pada anak.
Kegagalan
adalah sebuah pelajaran di dalam hidup yang harus dihadapi oleh setiap anak. Tetapi
bagaimana seorang anak belajar unutk menghadapinya adalah sebuah refleksi dari
sikap orang tuanya. Lebih rileks lingkungan belajarnya, maka anak itu akan
lebih tidak takut pada kegagalan. Namun semakin ketat lingkungan belajarnya,
semakin takut anak untuk menghadapi suatu kegagalan.
Anak-anak
dapat dikatakan memiliki sebuah “mentallitas kura-kura”. Seekor kura-kura kecil
yang ingin tahu, mengeluarkan kepala dari cangkangnya. Jika kura-kura ini merasa
aman, maka kura-kura itu akan menjelajahi dunia dengan bebas, tetapi jika
kura-kura itu merasa terancam, kura-kura itu akan langsung masuk kedalam
cangkangnya. Apabila kura-kura ini merasa bahaya setiap kali mengeluarkan
kepala dari cangkangnya, maka secara bertahap ia tidak akan memiliki semangat
untuk keluar dari cangkangnya lagi.
Jadi,
menurut saya, jangan lah takut pada sebuah kegagalan, karena kegagalan
merupakan awal dari sebuah kesuksesan.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya :)